Hari kamis malam jum'at, tepatnya tanggal 30 malam 1 desember 2011, saya pulang dari kampus magrib kebetulan pada sore itu mendung tebal dan hujan lebat, sehabis sholat magrib alhamdulillah sudah reda agak grimis grimis dikit.. dan kami pun beranjak pulang ke kampung, dengan kondisi badan lelah dan mata serasa berat.
kami pulang dengan mengendarai sepada motor, pada malam itu jam 8 kami pulang,, setalah beberapa kilometer kami berjalan kami mendapat musibah sehingga kami melanjutkan perjalanan muter sampai ke gotong royong.,
itu adalah pengalaman dan tidak pengen terjadi lagi.., ups.. rahasia.. kami menjelajahi pedesaan dan bulak bulak. kami tidak merasa takut, kami pasrah sama yang di atas.
Perjalanan kami sangat lama sekali, yang tadinya hanya 1,5 jam perjalanan sampai tujuan, nih sampai ada 2 jam sampai di rumah.
Setelah keesokan harinya, saya bersiap siap, menyiapkan apa yang harus saya bawa, dan saya sebelumnya sambatan di pondok, dan sekitar setengah 11 saya pulang mandi dan kembali lagi ke rumah ustadz untuk menunggu mobil jemputan yang membawa kami sampai ke jawa timur.
dan setelah sekian lama kami menunggu, ashar kami mobil sudah datang dan kami berangkat.. eh,,, gak taunya masih muter-muter banyak yang belum di jemput.
sampai sampai kami berangkat ke kediri sekitar jam 9 dan berangkat dari jabung.. gak nyambung ya..
tapi di perjalanan sangat asyik walaupun mobilnya sangat sempit. dan kami nyape di pondok ploso mojo kediri sekitar jam 11 malam. dan kami lekas mencari kantin karena dari siang kami belum makan.
kami lanjutkan nanti ya..
Hehe..
Senin, 12 Desember 2011
Rabu, 02 November 2011
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2005 mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar:
- Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
- Masa kanak-kanak awal (early childhood ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudahbisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak laindia ga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
- Masa pra sekolah(Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
- Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
- Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
- Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa iniikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
- Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan.
- Masa hari tua (Senescence)ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Developmental Stage | Basic Components |
Infancy Early childhood Preschool age School age Adolescence Young adulthood Adulthood Senescence | Trust vs Mistrust Autonomy vs Shame, Doubt Initiative vs Guilt Industry vs Inferiority Identity vs Identity Confusion Intimacy vs Isolation Generativity vs Stagnation Ego Integrity vs Despair |
Kamis, 06 Oktober 2011
AKTIVASI OTAK TENGAH: BETULKAH ADA?
Kemaren saya kedatangan kawan yang sering berbisnis dengan saya, ia datang dengan beberapa orang yang katanya dari sebuah lembaga penyelenggara aktifasi otak tengah. Teman saya ini menawarkan kerjasama, untuk merekrut anak-anak yang berusia sekitar kelas 1 sampai kelas 5 sekolah dasar. Jujur saja awalnya saya tertarik mendengan tawaran ini, apalagi setelah melihat fresentasi singkat dari tim ini. Tapi kepada tim saya sampaikan saya akan pelajari terlebih dahulu materi mereka, baru nanti saya akan putuskan untuk bergabung atau tidak.
Setelah pulang kerja, di rumah langsung saya kumpulkan beberapa literatur dan buku-buku tentang perkembangan dan teori-teori otak. Lalu saya buka beberapa web untuk melakukan perbadingan, ada beberapa pandangan yang berbeda-beda, masing-masing melihat dari berbagai aspek dan sudut pandang masing-masing. Karena sudah banyak pandangan maka saya coba ulas fakta dan datanya dan sedikit pendapat saja..selanjutnya terserah anda juga berpendapat.!! hehe....
Setelah pulang kerja, di rumah langsung saya kumpulkan beberapa literatur dan buku-buku tentang perkembangan dan teori-teori otak. Lalu saya buka beberapa web untuk melakukan perbadingan, ada beberapa pandangan yang berbeda-beda, masing-masing melihat dari berbagai aspek dan sudut pandang masing-masing. Karena sudah banyak pandangan maka saya coba ulas fakta dan datanya dan sedikit pendapat saja..selanjutnya terserah anda juga berpendapat.!! hehe....
Asal Muasal Aktifasi Otak Tengah
Jika dicermati secara umum, di masyarakat sudah lama berkembang kontroversi tentang aktivasi otak tengah ini. Tidak sedikit masyarakat yang memberikan tanggapan positif terhadap program ini. Mereka begitu memercayai manfaatnya. Sebaliknya, banyak pula masyarakat yang memandang negatif, menuding program ini sebagai bentuk penipuan gaya baru. Kendati begitu, fenomena maraknya pelatihan aktivasi otak tengah di Indonesia sudah banyak diikuti masyarakat. Meski harus merogoh kocek lebih dalam sebesar Rp3,5 juta per anak untuk mengikuti pelatihan selama dua hari,tidak sedikit masyarakat yang mengikutkan anaknya dalam program ini. Malah, Genius Mind Consultancy (GMC)–Indonesia sebagai lembaga penyelenggaraan pelatihan aktivasi otak tengah di Indonesia telah memiliki cabang waralaba hampir di seluruh Indonesia. Untuk setiap kota biasanya ada pemegang lisensi master dan sublisensi. Di Jakarta misalnya sudah ada empat lembaga GMC yang berdiri. Demikian juga di Bekasi ada satu pemegang lisensi master dan delapan cabang lainnya. Hal serupa juga terjadi di kota-kota lain di Indonesia. Ibaratnya, kini Indonesia sedang demam aktivasi otak tengah. Sudah 5 tahun GMC mengembangkan metode aktivasi otak tengah yang dilakukan dalam waktu 2 hari di Malaysia dan negara lain (khusus untuk usia 5–15 tahun). Pencetus pelatihan ini adalah pria berkebangsaan Malaysia David Ting.
Disebut-sebut, metode aktivasi otak tengah telah berkembang selama 50 tahun di Jepang. Sebagian masyarakat meyakini tingkat keberhasilan pelatihan ini sangat fenomenal dan membantu ribuan anak di seluruh dunia menjadi lebih cerdas, berbakat, dan punya karakter yang baik. GMC hadir di Indonesia pertama kali di Batam dengan program yang dilaksanakan pada 26–27 September 2009. Program yang sama juga kemudian di ikuti di Bandung dan sekitarnya hingga Cirebon, juga pada tanggal yang sama. Setelah itu, program ini digelar di sejumlah kota di Indonesia. Pemegang master lisensi GMC untuk wilayah Indonesia adalah Donny Satiya.
Saking fenomenalnya, Sabtu (25/9), GMC Indonesia melatih 50 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di markas besar Cilangkap setelah pada 12 April 2010 GMC Indonesia berkunjung untuk memberikan presentasi mengenai aktivasi otak tengah. Kesaksian-kesaksian tentang manfaat dari aktivasi otak tengah mungkin sudah tidak terhitung. Banyak kisah dan pengalaman yang diungkapkan orang tua alumni di laman situs resmi GMC Indonesia dan cabang kota lain hingga di jejaring sosial dunia maya Facebook. Kabarnya anak-anak yang mengikuti pelatihan ini tidak hanya mampu menggambar dan membaca dengan mata tertutup, tetapi juga memiliki kemampuan ajaib lain.
Sebagaimana dapat dilihat dalam laman akun Facebook GMC Indonesia, misalnya, dikisahkan perihal GMC cabang Gresik yang menemukan fenomena baru. Jika biasanya seorang anak (setelah mengikuti pelatihan) bisa mengetahui warna dan gambar dengan cara diraba, dicium, didengar, tetapi salah satu siswa GMC Gresik bisa menebak tulisan dalam kertas yang dilipat dengan cara menggunakan indera pengecap, yaitu lidah. Namun, informasi itu belum terkonfirmasi benar atau tidaknya. Meski demikian, aktivasi otak tengah diyakini membuat anak-anak bisa membaca dan melihat dengan mata tertutup (blind fold),karakter mereka menjadi lebih baik, serta prestasi sekolah mereka meningkat.
Sudah banyak kesaksian yang menyatakan kebenarannya. Bukti lain yang lebih fenomenal mengenai program ini adalah adanya pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) terhadap kegiatan bersepeda dengan mata tertutup yang diikuti 500 anak pada Mei 2010 di Jakarta yang diselenggarakan GMC Indonesia. Sebagian orang menuding, mata anak-anak yang mengikuti kegiatan sepeda santai di Bundaran HI Jakarta tersebut tidak sepenuhnya ditutup sehingga mereka masih bisa melihat dan mengayuh sepeda dengan aman. Namun argumentasi lain juga menyebutkan bahwa jika memang terjadi kebohongan, apakah mungkin dilakukan secara kompak oleh 500 anak tersebut?
Yang jelas, menurut pemilik lisensi GMC cabang Bekasi Timur Faisal NA Moeliza, hingga saat ini belum ada laporan tentang dampak negatif dari mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah ini. ”Efek aktivasi otak tengah terhadap setiap anak berbeda-beda. Efek yang dirasakan satu anak tidak bisa dijadikan tolok ukur pada anak lain,” ungkapnya kepada Seputar Indonesia(SINDO). Dalam artikelnya yang berjudul ”Now Everyone Can Be a Genius” sebagaimana yang dipublikasi dalam laman situs GMC,David Ting mengungkapkan sejak tahun 2005 GMC sudah menemukan pendekatan ilmiah untuk mengaktifkan otak tengah. Setelah diaktivasi seseorang bisa melihat lewat mata tertutup dengan menggunakan gelombang tertentu di bagian otak yang dikenal dengan mesencephalon.
Lokasinya terletak di antara otak kanan dan kiri. Otak tengah akan berada pada kondisi tidur atau kurang berfungsi akibat stres dan sedih. Setelah diaktivasi, kekuatan otak tengah kembali bangkit dan banyak potensi yang muncul, yang secara sederhana dikatakan sebagai jenius. ”Beberapa manfaat aktivasi otak tengah di antaranya memperbaiki memori sehingga bisa belajar banyak hal dalam waktu lebih sedikit. Lebih konsentrasi, kreatif atau inovatif,memperbaiki bakat, menyeimbangkan hormon atau lebih sehat, serta menyeimbangkan penggunaan otak kanan dan kiri,”ujar David. Namun, argumentasi David mendapat sanggahan sangat keras dari kalangan medis di mana dunia kedokteran tidak mengenal istilah otak tengah.
Karena istilah otak tengah hanya dipakai pada saat pembentukan otak pada janin dalam kandungan. Setelah pembentukan itu selesai, otak tengah (midbrain/mesencephalon) sudah digolongkan sebagai batang otak. Kemudian kajian psikologis juga bertolak belakang dengan pandangan David yang menyebutkan otak tengah (mesencephalon) adalah penyeimbang otak kanan dan kiri. Sebab, dalam pandangan psikologis, fungsi mesencephalon bukan sebagai penyeimbang otak kanan dan otak kiri, melainkan sebagai perantara antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Karena itu, dalam laman jejaring sosial Facebook, tidak sedikit pihak yang menggugat dan mencerca GMC ini.
Mereka berpendapat apa yang dijanjikan GMC dalam promosinya bisa membuat anak jenius dengan cara instan melalui pelatihan yang hanya dua hari adalah penipuan besar. Dalam salah satu akun Facebook yang bernama Menggugat GMC Indonesia tidak hanya diungkapkan tentang pengalaman buruk para orang tua yang kecewa terhadap GMC.Grup akun ini juga sudah beranggotakan 4.300-an orang.Diskusi yang berlangsung di laman akun Facebook ini juga demikian dinamis. Tidak berbeda pula, dalam salah satu posting dalam laman kaskus.us mengenai kisah korban aktivasi otak tengah dan persiapan gugatan hukum dibahas sisi-sisi negatif dari pelatihan tersebut.
Thread ini juga mendapatkan bayak tanggapan dengan diskusi yang sangat dinamis diiringi dengan kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang dirugikan. Bagaimanapun, benar atau tidaknya manfaat dari aktivasi otak tengah ini, hanya GMC dan waktu yang bisa menjawabnya. Yang jelas, pelatihan aktivasi otak tengah ini kini menuai kontroversi, bahkan program ini dituding sebagai salah satu bentuk penipuan bisnis berkedok ilmiah atau sains.
Kesaksian Penyelenggara Aktifasi Otak Tengah
Meskipun penyelenggara aktifasi otak tengah ini mendapat reaksi keras, tudingan dan cibiran, tetapi mereka tetap bersikukuh bawa program yang mereka laksanakan sudah sangat baik. dan akan terus dilaksanakan, mereka tetap mengandalkan fakta dan kesaksian pengalaman orang-orang yang telah sukses mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah ini. Aktivasi otak tengah sangat bermanfaat bagi perkembangan anak. Setidaknya itulah yang disampaikan pemilik lisensi GMC untuk wilayah Bekasi Timur Faisal NA Moeliza.Apa yang disampaikan Faisal didasarkan atas pengalaman pribadinya. Kepada Seputar Indonesia(SINDO) Faisal berkisah,awalnya dirinya juga tidak terlalu percaya dengan efektivitas pelatihan aktivasi otak tengah.Namun, sejak putra pertamanya yang berusia 8 tahun mengikuti pelatihan Juli 2010 lalu,akhirnya dia mulai percaya akan manfaat pelatihan tersebut.
”Awalnya ketika mendengar ada pelatihan aktivasi otak tengah,sebagai orang awam saya tidak tertarik,”ungkapnya. Saat itu yang didengar Faisal akan terjadi perubahan tingkah laku pada anak antara sebelum dan sesudah otak tengahnya diaktivasi. Dengan metode gelombang suara tertentu,otak tengah akan diaktivasi sehingga hasil akhirnya akan diuji coba.Salah satunya melalui menggambar atau mewarnai dengan mata ditutup. ”Yang saya perhatikan adalah perubahan rasa empati anak saya setelah mengikuti pelatihan,”ujarnya. Faisal berkisah, sebelumnya putra sulungnya memiliki perilaku enggan berbagi dengan adik perempuannya yang berusia 3 tahun. Ketika memiliki dua anak, dia membelikan mainan untuk masingmasing.
Biasanya,anak yang kecil juga akan meminta mainan sang kakak. Sebelum mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah, putra sulungnya selalu enggan untuk memberikan mainannya kepada sang adik. Namun,setelah mengikuti pelatihan,kini sang adik tidak lagi perlu meminta mainan sang kakak, justru sang kakak sendiri yang menawarkan mainannya kepada adiknya. ”Kok ada perubahan signifikan. Anak sulung saya langsung menawarkan kepada adiknya,”kata Faisal. Hal itu tentu di luar dugaan Faisal. Sebab jarang sekali anak-anak dengan sukarela mau berbagi mainan meski dengan adik sendiri. Selain contoh peristiwa tersebut,kini putra sulung Faisal juga lebih rajin salat. Jika dulu biasanya untuk salat selalu diingatkan, kini tanpa diingatkan putranya sudah melaksanakannya sendiri secara sukarela.
Menurut Faisal, usia emas anak adalah antara 0–6 tahun.Masa usia tersebut menjadi fondasi karakter saat dewasa kelak. Itulah sebabnya GMC memberikan syarat anak yang mengikuti pelatihan harus berusia 5–15 tahun. Dengan asumsi pada masa itulah masih mudah dilakukan pembentukan karakter dan tingkah laku secara efektif atau sering diistilahkan masa golden brain. ”Jadi saya tertarik bergabung di GMC bukan karena semata-mata omongan orang saja,melainkan karena pengalaman saya sendiri melihat perkembangan anak saya,”ungkapnya. Selain itu,Faisal mengungkapkan kini anaknya lebih mudah mengikuti pelajaran matematika.
Kisah Faisal itu masih ditambah pengalaman temannya yang seorang dokter.Sang dokter juga berkisah serupa. Setelah mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah,perilaku anak dokter itu berubah. Si anak semakin sayang kepada adiknya. Bahkan saking sayangnya yang berlebihan, sang adik kadang merasa risi. ”Hal-hal itu merupakan di luar dugaan kita terkait aktivasi otak tengah,”ujar Faisal. Kini Faisal yang merupakan pengurus Yayasan Al Hanief, sebuah yayasan yang mendirikan lembaga pendidikan tingkat kelompok bermain,TK, dan SD,mulai membuka waralaba GMC untuk wilayah Bekasi Timur. Meskipun dia mengaku hingga saat ini lisensi yang dia beli senilai ratusan juta rupiah tersebut belum balik modal,mulai banyak siswa yang mengikuti pelatihan.
Dulu awalnya Faisal hanya mengadakan pelatihan untuk 2 orang anak per pelatihan,kini rata-rata dia bisa melatih 10 anak untuk satu kali pelatihan. Faisal mengaku, keputusannya untuk bergabung membeli waralaba GMC tidak tiba-tiba,tapi melalui proses pengumpulan data dan penelusuran yang dia lakukan sendiri.Misalnya,apa saja yang dilakukan di kelas yang diajarkan kepada anak-anak.Faisal yang masuk dan mengamati proses pelatihan dalam kelas memaparkan ada beberapa hal prosesi training. Mulai anak-anak diberi permainan-permainan yang membuatnya gembira hingga diperdengarkan suara-suara aneh yang merupakan gelombang suara untuk mengaktivasi otak tengah.
Namun Faisal mengaku tidak bisa menjelaskan seperti apa gelombang suara aneh tersebut. ”Bahkan dengan gelombang suara aneh yang diperdengarkan keras sekali itu,beberapa anak yang sensitif bisa tertidur,”paparnya. Sebagian orang menuding bahwa di dalam kelas,anak-anak sedang dihipnotis sehingga bisa melakukan hal-hal di luar nalar seperti membaca dengan mata tertutup dan lainnya.Menurut Faisal, hal itu tidak benar. Dia menjelaskan, analogi yang mudah dan sederhana untuk menjelaskan mengapa anak-anak bisa membaca dan mengenali gambar dengan mata tertutup adalah sebagaimana bayi.
Pada saat awal, indera awal-awal yang digunakan bayi untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui indera peraba dan pendengaran. Penggunaan gelombang suara aneh itulah cara mengembalikan anak-anak ke fitrahnya.Dengan membangkitkan aktivasi otak tengah, indera pendengaran dan peraba anak-anak kembali memiliki kemampuan.
Perlukah Aktivasi Otak ?
Sebenarnya sudah sejak lama memang telah dikenal bagaimana mengaktivasi otak ini, misalnya dengan alunan musik klasik (yang paling poluler karya-karya Mozart), lagu-lagu / instrumentalia tertentu, gerakan-gerakan tubuh, menciptakan suasana tertentu, bermain dengan angka-angka, menambahkan berbagai bahan chemical, dan masih banyak cara lainnya.
Banyak institusi menawarkan berbagai pelatihan yang menjanjikan untuk meningkatkan IQ tersebut, dengan memasukkan berbagai metode yang diyakini dapat menghilangkan tekanan mental para peserta selanjutnya mempermudah pengaktifan bagian-bagian tertentu otaknya. Beberapa ilmuwan mencoba mempelajari tentang otak tengah / mid brain. Harapan mereka sesudah penemuan yang mencengangkan tentang kiri dan kanan, sekaranglah saatnya mengungkap fenomena tentang otak tengah. Metode yang digunakan bukan sekedar cara-cara klasik seperti yang kita kenal di atas, karena program neuro-linguistik (NLP) mereka sisipkan demi sebuah proses aktivasi yang nantinya mengarah pada suatu keadaan extra sensory perception (ESP). Suasana dibuat sedemikian rupa agar semua peserta yang ada di ruangan tersebut memasuki Alpha State, suatu fase dimana gelombang lambat di otak manusia, yang membuat seseorang mudah dipengaruhi dan diisi oleh berbagai hal oleh para instruktur.
Metode yang cukup popular dikenal saat ini adalah BFR (blindfold reading). Sebagai informasi, di Rusia diperlukan waktu satu tahun bagi seorang siswa untuk mampu melakukan aksi blindfold. Di Jepang, sedikitnya perlu waktu tiga bulan untuk melakukannya. Ajaibnya di Indonesia suatu perusahaan pelatihan menyatakan hanya perlu waktu 12 jam untuk membuat anak-anak jenius!. Aktivasi dianggap berhasil apabila mereka berhasil mengenali berbagai macam benda dan halangan di sekitarnya dalam keadaan mata ditutup. Dengan demikian anak-anak tersebut akan mampu membaca, menggambar, menghitung, berlari dan menghindari semua rintangan tanpa menggunakan indera penglihatan mereka yaitu mata. Bahkan mereka berani menjanjikan, anak-anak akan memiliki kemampuan tembus pandang, menyusun kartu remi secara urut tanpa melihat, dapat membaca suatu dokumen rahasia di balik tembok, menghitung uang yang ada dalam dompet di saku baju seseorang, merangkum seluruh isi textbook dalam waktu singkat, memprediksi hal-hal buruk yang bakal terjadi esok, bahkan membaca pikiran orang-orang yang ada di sekelilingnya agar tak mudah tertipu. Hal itu bagi mereka dianggap sebagai talenta manusia baru di jaman modern ini, karena memiliki kecerdasan tersendiri (jenius) dengan kemampuan extra sensory perception (ESP), sehingga nantinya kita tak lagi tertarik menonton acara pertandingan sulap The Master.
Pandangan di atas tentu tidak begitu saja dapat dibenarkan, karena secara medis kita bisa mengenali fungsi fisiologi seluruh organ dalam tubuh kita. Mengaktifkan dan menciptakan seseorang untuk memperoleh pengalaman extra sensory perception sudah jauh melenceng dari ranah medis fisiologis. Bahkan hal ini erat kaitannya dengan terjadinya berbagai gangguan mental pada manusia, yang salah satu gejalanya adalah mampu mendengar, melihat, merasakan dan membaca hal-hal yang tidak bisa didengar, dilihat, dirasakan dan dibaca oleh orang-orang sehat lainnya. Sebagai contoh pada kasus-kasus Skizofrenia pasien merasa yakin dengan kemampuannya membaca isi hati dan pikiran orang-orang lain di sekelilingnya, serta meyakini berbagai penglihatan dan pendengaran gaib yang bisa membuat orang lain berdiri bulu kuduknya. Sampai hari ini belum ada satupun publikasi yang menyatakan bahwa otak tengah dapat diaktifkan untuk meningkatkan kecerdasan manusia, apalagi meng-upgrade nya menjadi jenius. Musa A. Haxiu & Bryan K. Yamamoto (2002) membuat suatu penelitian midbrain pada 24 ekor musang jantan. Hasilnya aktivasi midbrain di daerah periaquaductal gray (PAG) ternyata justru mengakibatkan otot-otot polos pernafasan menjadi relaksasi, sehingga mengganggu pernafasan hewan-hewan tersebut.
Ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh suatu lembaga yang memiliki ide penelitian sebelum dilemparkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Minimal telah melalui 10 tahun percobaan di laboratorium (in vivo), setelah lulus uji klinis, barulah diujikan pada hewan-hewan percobaan dengan evaluasi sekitar 10 tahun. Pada tahap ketiga barulah diujikan pada para relawan (biasanya mereka dibayar) dan kembali dilakukan evaluasi. Dengan demikian dibutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk membawa suatu metode baru yang aman dalam masyarakat. Menurut Peter D. Larsen, Sheng Zhong, dkk. (2001) ada beberapa hal yang berubah karena aktivasi midbrain, misalnya tekanan arteri utama (mean arterial pressure), aliran darah di ginjal (renal blood flow), aliran darah di daerah paha (femoral blood flow), persarafan daerah bawah jantung (Inferior cardiac), per-syaraf-an simpatis dan denyut jantung akan makin meningkat, sebaliknya tekanan darah justru turun, aktivitas persarafan di daerah tulang belakang juga turun. Peningkatan tekanan arteri, aliran darah ginjal dan paha tersebut bisa mencapai 328%.
Jika dicermati secara umum, di masyarakat sudah lama berkembang kontroversi tentang aktivasi otak tengah ini. Tidak sedikit masyarakat yang memberikan tanggapan positif terhadap program ini. Mereka begitu memercayai manfaatnya. Sebaliknya, banyak pula masyarakat yang memandang negatif, menuding program ini sebagai bentuk penipuan gaya baru. Kendati begitu, fenomena maraknya pelatihan aktivasi otak tengah di Indonesia sudah banyak diikuti masyarakat. Meski harus merogoh kocek lebih dalam sebesar Rp3,5 juta per anak untuk mengikuti pelatihan selama dua hari,tidak sedikit masyarakat yang mengikutkan anaknya dalam program ini. Malah, Genius Mind Consultancy (GMC)–Indonesia sebagai lembaga penyelenggaraan pelatihan aktivasi otak tengah di Indonesia telah memiliki cabang waralaba hampir di seluruh Indonesia. Untuk setiap kota biasanya ada pemegang lisensi master dan sublisensi. Di Jakarta misalnya sudah ada empat lembaga GMC yang berdiri. Demikian juga di Bekasi ada satu pemegang lisensi master dan delapan cabang lainnya. Hal serupa juga terjadi di kota-kota lain di Indonesia. Ibaratnya, kini Indonesia sedang demam aktivasi otak tengah. Sudah 5 tahun GMC mengembangkan metode aktivasi otak tengah yang dilakukan dalam waktu 2 hari di Malaysia dan negara lain (khusus untuk usia 5–15 tahun). Pencetus pelatihan ini adalah pria berkebangsaan Malaysia David Ting.
Disebut-sebut, metode aktivasi otak tengah telah berkembang selama 50 tahun di Jepang. Sebagian masyarakat meyakini tingkat keberhasilan pelatihan ini sangat fenomenal dan membantu ribuan anak di seluruh dunia menjadi lebih cerdas, berbakat, dan punya karakter yang baik. GMC hadir di Indonesia pertama kali di Batam dengan program yang dilaksanakan pada 26–27 September 2009. Program yang sama juga kemudian di ikuti di Bandung dan sekitarnya hingga Cirebon, juga pada tanggal yang sama. Setelah itu, program ini digelar di sejumlah kota di Indonesia. Pemegang master lisensi GMC untuk wilayah Indonesia adalah Donny Satiya.
Saking fenomenalnya, Sabtu (25/9), GMC Indonesia melatih 50 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di markas besar Cilangkap setelah pada 12 April 2010 GMC Indonesia berkunjung untuk memberikan presentasi mengenai aktivasi otak tengah. Kesaksian-kesaksian tentang manfaat dari aktivasi otak tengah mungkin sudah tidak terhitung. Banyak kisah dan pengalaman yang diungkapkan orang tua alumni di laman situs resmi GMC Indonesia dan cabang kota lain hingga di jejaring sosial dunia maya Facebook. Kabarnya anak-anak yang mengikuti pelatihan ini tidak hanya mampu menggambar dan membaca dengan mata tertutup, tetapi juga memiliki kemampuan ajaib lain.
Sebagaimana dapat dilihat dalam laman akun Facebook GMC Indonesia, misalnya, dikisahkan perihal GMC cabang Gresik yang menemukan fenomena baru. Jika biasanya seorang anak (setelah mengikuti pelatihan) bisa mengetahui warna dan gambar dengan cara diraba, dicium, didengar, tetapi salah satu siswa GMC Gresik bisa menebak tulisan dalam kertas yang dilipat dengan cara menggunakan indera pengecap, yaitu lidah. Namun, informasi itu belum terkonfirmasi benar atau tidaknya. Meski demikian, aktivasi otak tengah diyakini membuat anak-anak bisa membaca dan melihat dengan mata tertutup (blind fold),karakter mereka menjadi lebih baik, serta prestasi sekolah mereka meningkat.
Sudah banyak kesaksian yang menyatakan kebenarannya. Bukti lain yang lebih fenomenal mengenai program ini adalah adanya pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) terhadap kegiatan bersepeda dengan mata tertutup yang diikuti 500 anak pada Mei 2010 di Jakarta yang diselenggarakan GMC Indonesia. Sebagian orang menuding, mata anak-anak yang mengikuti kegiatan sepeda santai di Bundaran HI Jakarta tersebut tidak sepenuhnya ditutup sehingga mereka masih bisa melihat dan mengayuh sepeda dengan aman. Namun argumentasi lain juga menyebutkan bahwa jika memang terjadi kebohongan, apakah mungkin dilakukan secara kompak oleh 500 anak tersebut?
Yang jelas, menurut pemilik lisensi GMC cabang Bekasi Timur Faisal NA Moeliza, hingga saat ini belum ada laporan tentang dampak negatif dari mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah ini. ”Efek aktivasi otak tengah terhadap setiap anak berbeda-beda. Efek yang dirasakan satu anak tidak bisa dijadikan tolok ukur pada anak lain,” ungkapnya kepada Seputar Indonesia(SINDO). Dalam artikelnya yang berjudul ”Now Everyone Can Be a Genius” sebagaimana yang dipublikasi dalam laman situs GMC,David Ting mengungkapkan sejak tahun 2005 GMC sudah menemukan pendekatan ilmiah untuk mengaktifkan otak tengah. Setelah diaktivasi seseorang bisa melihat lewat mata tertutup dengan menggunakan gelombang tertentu di bagian otak yang dikenal dengan mesencephalon.
Lokasinya terletak di antara otak kanan dan kiri. Otak tengah akan berada pada kondisi tidur atau kurang berfungsi akibat stres dan sedih. Setelah diaktivasi, kekuatan otak tengah kembali bangkit dan banyak potensi yang muncul, yang secara sederhana dikatakan sebagai jenius. ”Beberapa manfaat aktivasi otak tengah di antaranya memperbaiki memori sehingga bisa belajar banyak hal dalam waktu lebih sedikit. Lebih konsentrasi, kreatif atau inovatif,memperbaiki bakat, menyeimbangkan hormon atau lebih sehat, serta menyeimbangkan penggunaan otak kanan dan kiri,”ujar David. Namun, argumentasi David mendapat sanggahan sangat keras dari kalangan medis di mana dunia kedokteran tidak mengenal istilah otak tengah.
Karena istilah otak tengah hanya dipakai pada saat pembentukan otak pada janin dalam kandungan. Setelah pembentukan itu selesai, otak tengah (midbrain/mesencephalon) sudah digolongkan sebagai batang otak. Kemudian kajian psikologis juga bertolak belakang dengan pandangan David yang menyebutkan otak tengah (mesencephalon) adalah penyeimbang otak kanan dan kiri. Sebab, dalam pandangan psikologis, fungsi mesencephalon bukan sebagai penyeimbang otak kanan dan otak kiri, melainkan sebagai perantara antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Karena itu, dalam laman jejaring sosial Facebook, tidak sedikit pihak yang menggugat dan mencerca GMC ini.
Mereka berpendapat apa yang dijanjikan GMC dalam promosinya bisa membuat anak jenius dengan cara instan melalui pelatihan yang hanya dua hari adalah penipuan besar. Dalam salah satu akun Facebook yang bernama Menggugat GMC Indonesia tidak hanya diungkapkan tentang pengalaman buruk para orang tua yang kecewa terhadap GMC.Grup akun ini juga sudah beranggotakan 4.300-an orang.Diskusi yang berlangsung di laman akun Facebook ini juga demikian dinamis. Tidak berbeda pula, dalam salah satu posting dalam laman kaskus.us mengenai kisah korban aktivasi otak tengah dan persiapan gugatan hukum dibahas sisi-sisi negatif dari pelatihan tersebut.
Thread ini juga mendapatkan bayak tanggapan dengan diskusi yang sangat dinamis diiringi dengan kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang dirugikan. Bagaimanapun, benar atau tidaknya manfaat dari aktivasi otak tengah ini, hanya GMC dan waktu yang bisa menjawabnya. Yang jelas, pelatihan aktivasi otak tengah ini kini menuai kontroversi, bahkan program ini dituding sebagai salah satu bentuk penipuan bisnis berkedok ilmiah atau sains.
Kesaksian Penyelenggara Aktifasi Otak Tengah
Meskipun penyelenggara aktifasi otak tengah ini mendapat reaksi keras, tudingan dan cibiran, tetapi mereka tetap bersikukuh bawa program yang mereka laksanakan sudah sangat baik. dan akan terus dilaksanakan, mereka tetap mengandalkan fakta dan kesaksian pengalaman orang-orang yang telah sukses mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah ini. Aktivasi otak tengah sangat bermanfaat bagi perkembangan anak. Setidaknya itulah yang disampaikan pemilik lisensi GMC untuk wilayah Bekasi Timur Faisal NA Moeliza.Apa yang disampaikan Faisal didasarkan atas pengalaman pribadinya. Kepada Seputar Indonesia(SINDO) Faisal berkisah,awalnya dirinya juga tidak terlalu percaya dengan efektivitas pelatihan aktivasi otak tengah.Namun, sejak putra pertamanya yang berusia 8 tahun mengikuti pelatihan Juli 2010 lalu,akhirnya dia mulai percaya akan manfaat pelatihan tersebut.
”Awalnya ketika mendengar ada pelatihan aktivasi otak tengah,sebagai orang awam saya tidak tertarik,”ungkapnya. Saat itu yang didengar Faisal akan terjadi perubahan tingkah laku pada anak antara sebelum dan sesudah otak tengahnya diaktivasi. Dengan metode gelombang suara tertentu,otak tengah akan diaktivasi sehingga hasil akhirnya akan diuji coba.Salah satunya melalui menggambar atau mewarnai dengan mata ditutup. ”Yang saya perhatikan adalah perubahan rasa empati anak saya setelah mengikuti pelatihan,”ujarnya. Faisal berkisah, sebelumnya putra sulungnya memiliki perilaku enggan berbagi dengan adik perempuannya yang berusia 3 tahun. Ketika memiliki dua anak, dia membelikan mainan untuk masingmasing.
Biasanya,anak yang kecil juga akan meminta mainan sang kakak. Sebelum mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah, putra sulungnya selalu enggan untuk memberikan mainannya kepada sang adik. Namun,setelah mengikuti pelatihan,kini sang adik tidak lagi perlu meminta mainan sang kakak, justru sang kakak sendiri yang menawarkan mainannya kepada adiknya. ”Kok ada perubahan signifikan. Anak sulung saya langsung menawarkan kepada adiknya,”kata Faisal. Hal itu tentu di luar dugaan Faisal. Sebab jarang sekali anak-anak dengan sukarela mau berbagi mainan meski dengan adik sendiri. Selain contoh peristiwa tersebut,kini putra sulung Faisal juga lebih rajin salat. Jika dulu biasanya untuk salat selalu diingatkan, kini tanpa diingatkan putranya sudah melaksanakannya sendiri secara sukarela.
Menurut Faisal, usia emas anak adalah antara 0–6 tahun.Masa usia tersebut menjadi fondasi karakter saat dewasa kelak. Itulah sebabnya GMC memberikan syarat anak yang mengikuti pelatihan harus berusia 5–15 tahun. Dengan asumsi pada masa itulah masih mudah dilakukan pembentukan karakter dan tingkah laku secara efektif atau sering diistilahkan masa golden brain. ”Jadi saya tertarik bergabung di GMC bukan karena semata-mata omongan orang saja,melainkan karena pengalaman saya sendiri melihat perkembangan anak saya,”ungkapnya. Selain itu,Faisal mengungkapkan kini anaknya lebih mudah mengikuti pelajaran matematika.
Kisah Faisal itu masih ditambah pengalaman temannya yang seorang dokter.Sang dokter juga berkisah serupa. Setelah mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah,perilaku anak dokter itu berubah. Si anak semakin sayang kepada adiknya. Bahkan saking sayangnya yang berlebihan, sang adik kadang merasa risi. ”Hal-hal itu merupakan di luar dugaan kita terkait aktivasi otak tengah,”ujar Faisal. Kini Faisal yang merupakan pengurus Yayasan Al Hanief, sebuah yayasan yang mendirikan lembaga pendidikan tingkat kelompok bermain,TK, dan SD,mulai membuka waralaba GMC untuk wilayah Bekasi Timur. Meskipun dia mengaku hingga saat ini lisensi yang dia beli senilai ratusan juta rupiah tersebut belum balik modal,mulai banyak siswa yang mengikuti pelatihan.
Dulu awalnya Faisal hanya mengadakan pelatihan untuk 2 orang anak per pelatihan,kini rata-rata dia bisa melatih 10 anak untuk satu kali pelatihan. Faisal mengaku, keputusannya untuk bergabung membeli waralaba GMC tidak tiba-tiba,tapi melalui proses pengumpulan data dan penelusuran yang dia lakukan sendiri.Misalnya,apa saja yang dilakukan di kelas yang diajarkan kepada anak-anak.Faisal yang masuk dan mengamati proses pelatihan dalam kelas memaparkan ada beberapa hal prosesi training. Mulai anak-anak diberi permainan-permainan yang membuatnya gembira hingga diperdengarkan suara-suara aneh yang merupakan gelombang suara untuk mengaktivasi otak tengah.
Namun Faisal mengaku tidak bisa menjelaskan seperti apa gelombang suara aneh tersebut. ”Bahkan dengan gelombang suara aneh yang diperdengarkan keras sekali itu,beberapa anak yang sensitif bisa tertidur,”paparnya. Sebagian orang menuding bahwa di dalam kelas,anak-anak sedang dihipnotis sehingga bisa melakukan hal-hal di luar nalar seperti membaca dengan mata tertutup dan lainnya.Menurut Faisal, hal itu tidak benar. Dia menjelaskan, analogi yang mudah dan sederhana untuk menjelaskan mengapa anak-anak bisa membaca dan mengenali gambar dengan mata tertutup adalah sebagaimana bayi.
Pada saat awal, indera awal-awal yang digunakan bayi untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui indera peraba dan pendengaran. Penggunaan gelombang suara aneh itulah cara mengembalikan anak-anak ke fitrahnya.Dengan membangkitkan aktivasi otak tengah, indera pendengaran dan peraba anak-anak kembali memiliki kemampuan.
Perlukah Aktivasi Otak ?
Sebenarnya sudah sejak lama memang telah dikenal bagaimana mengaktivasi otak ini, misalnya dengan alunan musik klasik (yang paling poluler karya-karya Mozart), lagu-lagu / instrumentalia tertentu, gerakan-gerakan tubuh, menciptakan suasana tertentu, bermain dengan angka-angka, menambahkan berbagai bahan chemical, dan masih banyak cara lainnya.
Banyak institusi menawarkan berbagai pelatihan yang menjanjikan untuk meningkatkan IQ tersebut, dengan memasukkan berbagai metode yang diyakini dapat menghilangkan tekanan mental para peserta selanjutnya mempermudah pengaktifan bagian-bagian tertentu otaknya. Beberapa ilmuwan mencoba mempelajari tentang otak tengah / mid brain. Harapan mereka sesudah penemuan yang mencengangkan tentang kiri dan kanan, sekaranglah saatnya mengungkap fenomena tentang otak tengah. Metode yang digunakan bukan sekedar cara-cara klasik seperti yang kita kenal di atas, karena program neuro-linguistik (NLP) mereka sisipkan demi sebuah proses aktivasi yang nantinya mengarah pada suatu keadaan extra sensory perception (ESP). Suasana dibuat sedemikian rupa agar semua peserta yang ada di ruangan tersebut memasuki Alpha State, suatu fase dimana gelombang lambat di otak manusia, yang membuat seseorang mudah dipengaruhi dan diisi oleh berbagai hal oleh para instruktur.
Metode yang cukup popular dikenal saat ini adalah BFR (blindfold reading). Sebagai informasi, di Rusia diperlukan waktu satu tahun bagi seorang siswa untuk mampu melakukan aksi blindfold. Di Jepang, sedikitnya perlu waktu tiga bulan untuk melakukannya. Ajaibnya di Indonesia suatu perusahaan pelatihan menyatakan hanya perlu waktu 12 jam untuk membuat anak-anak jenius!. Aktivasi dianggap berhasil apabila mereka berhasil mengenali berbagai macam benda dan halangan di sekitarnya dalam keadaan mata ditutup. Dengan demikian anak-anak tersebut akan mampu membaca, menggambar, menghitung, berlari dan menghindari semua rintangan tanpa menggunakan indera penglihatan mereka yaitu mata. Bahkan mereka berani menjanjikan, anak-anak akan memiliki kemampuan tembus pandang, menyusun kartu remi secara urut tanpa melihat, dapat membaca suatu dokumen rahasia di balik tembok, menghitung uang yang ada dalam dompet di saku baju seseorang, merangkum seluruh isi textbook dalam waktu singkat, memprediksi hal-hal buruk yang bakal terjadi esok, bahkan membaca pikiran orang-orang yang ada di sekelilingnya agar tak mudah tertipu. Hal itu bagi mereka dianggap sebagai talenta manusia baru di jaman modern ini, karena memiliki kecerdasan tersendiri (jenius) dengan kemampuan extra sensory perception (ESP), sehingga nantinya kita tak lagi tertarik menonton acara pertandingan sulap The Master.
Pandangan di atas tentu tidak begitu saja dapat dibenarkan, karena secara medis kita bisa mengenali fungsi fisiologi seluruh organ dalam tubuh kita. Mengaktifkan dan menciptakan seseorang untuk memperoleh pengalaman extra sensory perception sudah jauh melenceng dari ranah medis fisiologis. Bahkan hal ini erat kaitannya dengan terjadinya berbagai gangguan mental pada manusia, yang salah satu gejalanya adalah mampu mendengar, melihat, merasakan dan membaca hal-hal yang tidak bisa didengar, dilihat, dirasakan dan dibaca oleh orang-orang sehat lainnya. Sebagai contoh pada kasus-kasus Skizofrenia pasien merasa yakin dengan kemampuannya membaca isi hati dan pikiran orang-orang lain di sekelilingnya, serta meyakini berbagai penglihatan dan pendengaran gaib yang bisa membuat orang lain berdiri bulu kuduknya. Sampai hari ini belum ada satupun publikasi yang menyatakan bahwa otak tengah dapat diaktifkan untuk meningkatkan kecerdasan manusia, apalagi meng-upgrade nya menjadi jenius. Musa A. Haxiu & Bryan K. Yamamoto (2002) membuat suatu penelitian midbrain pada 24 ekor musang jantan. Hasilnya aktivasi midbrain di daerah periaquaductal gray (PAG) ternyata justru mengakibatkan otot-otot polos pernafasan menjadi relaksasi, sehingga mengganggu pernafasan hewan-hewan tersebut.
Ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh suatu lembaga yang memiliki ide penelitian sebelum dilemparkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Minimal telah melalui 10 tahun percobaan di laboratorium (in vivo), setelah lulus uji klinis, barulah diujikan pada hewan-hewan percobaan dengan evaluasi sekitar 10 tahun. Pada tahap ketiga barulah diujikan pada para relawan (biasanya mereka dibayar) dan kembali dilakukan evaluasi. Dengan demikian dibutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk membawa suatu metode baru yang aman dalam masyarakat. Menurut Peter D. Larsen, Sheng Zhong, dkk. (2001) ada beberapa hal yang berubah karena aktivasi midbrain, misalnya tekanan arteri utama (mean arterial pressure), aliran darah di ginjal (renal blood flow), aliran darah di daerah paha (femoral blood flow), persarafan daerah bawah jantung (Inferior cardiac), per-syaraf-an simpatis dan denyut jantung akan makin meningkat, sebaliknya tekanan darah justru turun, aktivitas persarafan di daerah tulang belakang juga turun. Peningkatan tekanan arteri, aliran darah ginjal dan paha tersebut bisa mencapai 328%.
Sumber: Di rangkum dari berbagai sumber.
Baca juga Link terkait ini:
http://www.mbc-indonesia.net/
http://radenbeletz.com/dahsyatnya-otak-tengah.html
http://www.indospiritual.com/artikel_dr-arfan-mappalillu-sps-ahli-neurologi-tidak-ada-efek-samping-aktivasi-otak-tengah.html
http://gracecenterbali.blogspot.com/2010/04/mengaktivasi-otak-tengah-pikirkan-dulu.html
Baca juga Link terkait ini:
http://www.mbc-indonesia.net/
http://radenbeletz.com/dahsyatnya-otak-tengah.html
http://www.indospiritual.com/artikel_dr-arfan-mappalillu-sps-ahli-neurologi-tidak-ada-efek-samping-aktivasi-otak-tengah.html
http://gracecenterbali.blogspot.com/2010/04/mengaktivasi-otak-tengah-pikirkan-dulu.html
Langganan:
Postingan (Atom)