Rabu, 13 Februari 2013

UMKM Bandung Menembus Pasar Internasional



Peluang Usaha Industri Rumahan
Produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sejatinya jangan dipandang sebelah mata. Tak sedikit produk industri tersebut tembus pasar ekspor dengan omzet selangit. Salah satunya adalah produk kerajinan bambu milik Mochamad Saefullah.

Siapa menyangka, bambu yang bagi sebagian
orang bukan barang yang bernilai, bisa dibilang menjadi tumpuan hidup Saefullah, pria yang biasa dipanggil Kang Ipul ini.

Berawal dari kegemarannya terhadap seni, dan menghadiri beberapa pameran kerajinan, Kang Ipul mulai memberanikan diri untuk terjun langsung sebagai perajin. Pada tahun 2002 dia mulai bergelut dengan bisnis kerajinan bambu.


"Saya pikir di kampung saya banyak SDA (sumber daya alam), kita coba. Awal modal kita Rp 100 ribu. Kita bikin pensil, tahun 2002," ungkap Kang Ipul saat ditemui di kediaman sekaligus workshopnya di Lembang, Bandung,

Produknya sudah ke merambah ke beberapa negara di dunia. Terjauh, dia mengirimkan produk bambunya ke Amerika Serikat (AS) dan Fiji. Sisanya ke negara Asia seperti Malaysia, Singapura, negara Eropa seperti Belanda, Spanyol dan negara-negara lainnya.

"Ekspor itu rutin, dari 100% paling banyak ke Malaysia hingga 60%. Cenderamata dari Malaysia dibuat di sini," tambahnya.

"Dan suatu saat kita pengen buka toko di Kuala Lumpur sekitar 2 tahun lagi lah. Karena peminat di sana banyak," imbuhnya.

Permasalahan umum sebuah UKM ialah permodalan. Usaha yang dinamainya Efrin Kreasi inipun pernah mengalami masalah demikian. Hingga pada tahun 2009, Kang Ipul mendapat bantuan permodalan dari PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dengan program yang dinamakan Unit Layanan Mikro Madani (UlaMM) sebesar Rp 200 juta. Modal tersebut digunakan Kang Ipul untuk biaya operasional seperti pembelian bahan baku, kendaraan operasional dan lainnya.

"Orang dari UlaMM-Finance datang ke saya. Saya pinjam Rp 200 juta, prosesnya cepat sekali. Dua hari sudah cair. Tiga bulan yang lalu kita pinjam lagi Rp 80 juta. Bunganya wajar, kami sanggup bayarnya" papar Kang Ipul.
Sampai saat ini, dia memiliki 15 orang pekerja yang kebanyakan bersifat borongan, dengan kata lain, bekerja saat ada pesanan saja. Sementara dia memiliki 3 pekerja yang keluar dan memulai usaha serupa mengikuti jejaknya.

"Ada 3 orang yang keluar, tapi mereka kurang pasarnya mungkin ya," tambahnya.

Dalam satu bulan, dia bisa memproduksi 20 ribu unit kerajinan bambu yang kecil. Namun, untuk produk dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi seperti miniatur motor Harley, Kang Ipul tak bisa menyebutkan berapa kemampuan produksinya.

Omzetnya, Kang Ipul dapat meraup hingga Rp 60 juta. Harga yang ditawarkan untuk produknya mulai dari Rp 3.500 hingga Rp 1,5 juta per unit.

Pada tahun 2005, Kang Ipul bersama pekerjanya mendapat penghargaan dari MuseumRekor Indonesia karena telah membuat miniatur kereta api terpanjang, yaitu sepanjang 240 meter. Namun sayang, setelah itu, miniatur tersebut dia bongkar untuk kembali digunakan membuat kerajinan yang lain.

"Kita juga buat Harley Davidson, pesanan dari California, saya yakin ini baru pertama saya yang buat," tutupnya.
Jika ingin membeli atau melihat-lihat, atau bahkan anda terinspirasi usaha gigih dan ingin berdiskusi dengan Kang Ipul, langsung saja datang ke tokonya di Jalan Tangkuban Parahu 333 RT 03/07 Cikole Lembang, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar