Minggu, 12 Mei 2013

UMKM ternyata memiliki daya survival mampu bertahan hidup di tengah berbagai kesulitan



UMKM ternyata memiliki daya surviva mampu bertahan hidup di tengah berbagai kesulitan
Sektor usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) yang selama ini kurang diperhatikan justru mampu bertahan dalam kondisi krisis. Hal ini menunjukkan bahwa sektor UMKM merupakan pilar utama perekonomian Indonesia pada masa krisis.
Terkait usaha pemerintah terhadap keseimbangan 
keuangan ekonomi global yang terjadi sekarang ini,
kebijakan menaikkan harga BBM tentunya akan sangat memberatkan dan berdampak pada sektor UMKM, khususnya pengusaha dan masyarakat. Bagaimanapun juga kenaikan harga BBM itu memaksa industri agar tidak mengalami kerugian.
Sekarang kenaikan harga BBM tinggal menunggu waktu saja dan pengaruhnya pastilah terasa. Bagi industri peningkatan biaya produksi akan meningkatkan harga jual dan pada gilirannya akan menurunkan daya saing di pasar internasional. Kompetisi pun semakin ketat dan pada akhirnya kecenderungan daya saing kita menurun.
Ada beberapa faktor yang akan terganggu akibat naiknya harga BBM, di antaranya adalah produksi, distribusi, dan pemasaran. Dari sisi produksi, mereka akan semakin kerepotan mendapatkan bahan baku dan kesulitan dalam proses produksi karena mahalnya harga BBM.
Sementara dari sisi distribusi akan tersendat karena naiknya biaya transportasi. Lalu, dari sisi pemasaran akan semakin sulit mendapatkan konsumen karena lemahnya daya beli masyarakat.
Karena itu, tidak berlebihan memang jika perhatian diarahkan pada UMKM. Sebab, UMKM ternyata memiliki daya survival yang tinggi dan mampu bertahan hidup di tengah berbagai kesulitan serta keterbatasan. Dalam hal ini, UMKM dengan caranya sendiri mampu mengatasi banyak masalah secara lebih dinamis dalam menghadapi perkembangan pasar
Meski demikian, perlu disadari bahwa bantuan kredit dari pemerintah terhadap pelaku usaha (khususnya pengusaha kecil) masih terbatas, sehingga pemerintah harus memilah-milah mana yang harus benar-benar  diprioritaskan. Salah satu contoh mengenai upaya membesarkan kredit yang kecil yaitu program kemitraan/bapak angkat, yang menyediakan dana untuk dikreditkan kepada mereka yang membutuhkan.
Tentulah sangat beruntung sekali pengusaha kecil yang mendapatkan tambahan modal atau memperoleh bagian dari dana itu. Akan tetapi, sayangnya jumlah yang  mereka dapatkan sangat minim dibandingkan para pengusaha besar dan mungkin juga tidak akan memberikan banyak kesempatan kepada sebagian besar pengusaha kecil.
Mungkin karena ia kecil, maka pengusaha kecil tidak mampu bersuara. Dalam mendapatkan modal, ia harus melewati beberapa portal (jalan sempit kredit kecil). Jika mengalami kemacetan dalam pembayaran, jaminannya akan segera disita, tidak seperti yang besar. Meski utangnya sudah besar tidak akan dimacetkan, karena bank pemerintah akan semakin rugi melaksanakan kebijakan itu.
Di sisi lain, kita juga tidak boleh berprasangka buruk terhadap upaya pembangunan yang telah dilaksanakan. Sudah waktunya pengusaha kecil bangun dari tidur, melihat masa depannya serta mendukung upaya pemerintah dan membangun roda perekonomian Indonesia yang kokoh. Sehingga nantinya UMKM tidak dipandang sebelah mata lagi.
Dalam mendorong sektor UMKM, perbankan nasional juga telah banyak berkiprah ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencanangkan The International Microcredit Year 2005 di New York. Kita patut berbangga karena Indonesia merupakan salah satu delegasi yang tampil di sana.
Hal ini menunjukkan bahwa pengakuan internasional atas upaya bangsa Indonesia dalam memberikan layanan kepada masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah yang berada di sektor UMKM.
Adanya peran pemerintah dalam pembangunan industri tentunya sangat diperlukan karena pembangunan sektor industri itu tidak terlepas dari pembangunan sektor lain. Dalam hubungan timbal balik ini, peranan sektor industri adalah memperluas lapangan kerja dan menghasilkan barang-barang kebutuhan. Sedangkan sektor lain menunjang tercipta iklim usaha yang kondusif bagi industri.
Karena itu, untuk mengatasi krisis tersebut, kita membutuhkan solusi, alternatif lain, dan menempatkan pada proses kepercayaan. Kepercayaan di dunia usaha (bisnis) merupakan harga mahal dan menjadi beban bagi UMKM. Karena UMKM harus memaksakan dirinya agar memperoleh kepercayaan dari penyalur kredit.
Sekarang yang dibutuhkan adalah paradigma terbalik dari semua itu, yakni pihak penyalur kredit adalah orang-orang yang dipercaya dan percaya kepada UMKM. Bukan UMKM yang harus berjuang mendapatkan kepercayaan, tapi mereka adalah orang-orang yang dipercaya.
Di sisi lain, sektor perbankan syariah sebagai lembaga yang berorientasi terhadap kemaslahatan umat harus menempatkan dirinya sebagai lembaga yang berpihak terhadap usaha kecil. Karena berangkat dari yang kecil ini, usaha-usaha yang ada dapat berkembang pesat dan menjadi besar.
Ketakutan terhadap bank konvensional dan image miring terhadap dunia perbankan yang berpihak sejatinya dapat diambil alih oleh perbankan syariah sebagai lembaga pilihan alternatif masyarakat kecil.
Jangan sampai perbankan syariah yang sangat digembar-gemborkan justru menjadi menara gading yang sulit dijangkau. Besar namanya, namun minim dalam aksinya. Bentuk kepercayaan yang menjadi komitmen bersama dalam membangun perekonomian kita. Pro terhadap UMKM adalah bentuk untuk membangun basis perekonomian yang bertumpu dari bawah. Perbankan syariah memiliki potensi ke arah itu.
Program pemerintah terhadap pemberdayaan masyarakat kecil melalui ekonomi bergulir adalah langkah yang tepat. Namun, di samping itu juga persepsi masyarakat terhadap bantuan yang ada harus diubah. Bahwa bantuan itu bukanlah ikan, tapi pancing. Yang mencoba memberikan rangsangan terhadap masyarakat untuk lebih memandang masa depan dengan usaha-usaha yang keras.
Dengan semangat kompetitif, akuntabilitas, dan transparansi masyarakat kecil diajarkan untuk mengembangkan usaha yang selama ini mungkin terlena dengan angin-angin surga. Memberdayakan masyarakat dan memasyarakatkan pemberdayaan adalah langkah konkret dalam mengembangkan ekonomi kita.
Ekonomi yang bertumpu pada kekuatan masyarakat melalui pemberdayaan UMKM dan kreativitas masyarakat kecil. Kecil tapi banyak adalah potensi, bukan dilemahkan dan diberangus dengan sistematis melalui kemiskinan terstruktur yang rapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar