Ci Tarum disebut dalam Naskah Bujangga Manik, suatu kisah perjalanan yang kaya dengan nama-nama geografi di Pulau Jawa dari abad ke-15. Kata Citarum berasal dari dua kata yaitu Ci dan Tarum. Ci atau dalam Bahasa Sunda Cai, artinya air. Sedangkan Tarum, merupakan sejenis tanaman yang menghasilkan warna ungu atau nila.
Pada abad ke-5, berawal hanya dari sebuah dusun kecil yang dibangun di tepi sungai Citarum oleh Jaya singhawarman, lambat laun daerah ini berkembang menjadi sebuah kerajaan besar, yaitu Kerajaan Tarumanegara, kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat. Dari dahulu hingga sekarang, Citarum memainkan peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama masyarakat di Jawa Barat.
Dahulu kala, Sungai Citarum menjadi batas wilayah antara dua kerajaan yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda (pergantian nama dari Kerajaan Tarumanegara pada tahun 670 Masehi). Fungsi Citarum sebagai batas administrasi ini terulang lagi pada sekitar abad 15, yaitu sebagai batas antara Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten. Dalam perjalanan sejarah Sunda, Ci Tarum erat kaitannya dengan Kerajaan Taruma, kerajaan yang menurut catatan-catatan Tionghoa dan sejumlah prasasti pernah ada pada abad ke-4 sampai abad ke-7.
Komplek bangunan kuno dari abad ke-4, seperti di Situs Batujaya dan Situs Cibuaya menunjukkan pernah adanya aktivitas permukiman di bagian hilir. Sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu dari abad ke-1 Masehi juga ditemukan di bagian hilir sungai ini. Sejak runtuhnya Taruma, Ci Tarum menjadi batas alami Kerajaan Sunda dan Galuh, dua kerajaan kembar pecahan dari Taruma.
Salah satu tiga waduk yang dipunyai Sungai Citarum adalah Waduk Saguling, dimana Saguling adalah waduk dengan posisi teratas. Dua waduk lainnya yaitu waduk Cirata dan waduk Jatiluhur. Waduk Saguling adalah waduk buatan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat pada ketinggian 643 m di atas permukaan laut. Lokasinya kurang lebih 1,5 jam dari exit tol Padalarang.
Tidak terlalu susah untuk menuju waduk ini, exit tol Padalarang ambil arah Cianjur. Kurang lebih 8 kilometer kemudian, anda akan ketemu pertigaan Raja Mandala. Kemudian belok kiri, dan selanjutnya tinggal mengikuti penunjuk arah, waduk Saguling terletak 13 kilometer dari pertigaan Rajamandala. Semula, Waduk Saguling direncanakan hanya untuk keperluan menghasilkan tenaga listrik. Pada tahap pertama pembangkit tenaga listrik yang dipasang berkapasitas 700 MW, tetapi bila di kemudian hari ada peningkatan kebutuhanlistrik pembangkit dapat ditingkatkan hingga mencapai 1.400 MW.
Selanjutnya, dengan mempertimbangkan permasalahan lingkungan di daerah itu, Saguling ditata-ulang sebagai bendungan multiguna, termasuk untuk kegunaan pengembangan lain seperti perikanan, agri-akuakultur, pariwisata, dan lain-lain. Sekarang, waduk ini juga digunakan untuk kebutuhan lokal seperti mandi, mencuci, bahkan untuk membuang kotoran.
Hal ini membuat Waduk Saguling kondisinya lebihmengkhawatirkan ketimbang Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang sudah dibangun lebih dahulu. Hal tersebut terjadikarena sebagai pintu pertama Sungai Citarum, di Saguling inilah semua kotoran"disaring" untuk pertama kali sebelum kemudian disaring kembali oleh Waduk Cirata dan terakhir oleh Waduk Jatiluhur.
Hal ini membuat Waduk Saguling kondisinya lebihmengkhawatirkan ketimbang Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang sudah dibangun lebih dahulu. Hal tersebut terjadikarena sebagai pintu pertama Sungai Citarum, di Saguling inilah semua kotoran"disaring" untuk pertama kali sebelum kemudian disaring kembali oleh Waduk Cirata dan terakhir oleh Waduk Jatiluhur.
Daerah di sekitar Waduk Saguling berupa perbukitan, dengan banyak sumber air yang berkontribusi pada waduk. Hal tersebut membuat bentuk Waduk Saguling sangat tidak beraturan dengan banyak teluk. Daerah waduk ini asalnya adalah berupa daerah pertanian. Selain untuk mengairi persawahan penduduk sekitar, waduk ini juga menjadi slaah satu alternatif wisata warga, bahkan di hari-hari libur wisatawan luar kota juga banyak yang datang. Banyak hal yang bisa dilakukan di sekitar Saguling, memancing, naik perahu keliling danau, santai di atas waduk dan permainan air lainnya. Yang pasti berada disekitar waduk cukup sejuk udaranya, cocok sekali untuk wisata keluarga.
Fakta Tentang Citarum
Ci Tarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sungai dengan nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang penting ini sejak 2007 menjadi salah satu dari sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia. Jutaan orang tergantung langsung hidupnya dari sungai ini, sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar alirannya, tiga waduk PLTA dibangun di alirannya, dan penggundulan hutan berlangsung pesat di wilayah hulu.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum seluas 12.000 km2 meliputi 12 wilayah administrasi
kabupaten/kota yaitu:
kabupaten/kota yaitu:
Kab.Bandung,
Kab.Bandung Barat, Kab.Bekasi,
Kab.Cianjur, Kab.Indramayu,
Kab.Karawang, Kab Purwakarta, Kab.Subang, Kab.Sumedang
Kab.Bandung Barat, Kab.Bekasi,
Kab.Cianjur, Kab.Indramayu,
Kab.Karawang, Kab Purwakarta, Kab.Subang, Kab.Sumedang
Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Cimahi.
Pemerintah membuat tiga bendungan dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai ini di antaranya yaitu: PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA Ir. H. Djuanda atau yang dikenal dengan PLTA Jatiluhur.
Berdasarkan Permen PU No.11A Tahun 2006, wilayah sungai Citarum merupakan wilayah sungai lintas Provinsi (Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum merupakan wilayah sungai lintas Provinsi Banten-DKI Jakarta-Jawa Barat) yang kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah Pusat.
Total Area: 12.000 KM persegi
Populasi di sepanjang sungai: 10 juta (50% urban)
Populasi yang dilayani: 25 Juta
Tenaga listrik yang dihasilkan: 1400 Mega Watt
Area Irigasi: 240,000 hektar Sumber Suplai Air 80 % penduduk Jakarta (16 m3/s)
Populasi di sepanjang sungai: 10 juta (50% urban)
Populasi yang dilayani: 25 Juta
Tenaga listrik yang dihasilkan: 1400 Mega Watt
Area Irigasi: 240,000 hektar Sumber Suplai Air 80 % penduduk Jakarta (16 m3/s)
GEOGRAFI
Panjang aliran sungai ini sekitar 300 km. Secara tradisional, hulu Ci Tarum dianggap berawal dari lereng Gunung Wayang, di tenggara Kota Bandung, di wilayah Desa Cibeureum, Kertasari, Bandung. Ada tujuh mata air yang menyatu di suatu danau buatan bernama Situ Cisanti di wilayah Kabupaten Bandung. Namun demikian, berbagai anak sungai dari kabupaten bertetangga juga menyatukan alirannya ke Ci Tarum, seperti Ci Kapundung dan Ci Beet.
Aliran kemudian mengarah ke arah barat, melewati Majalaya dan Dayeuhkolot, lalu berbelok ke arah barat laut dan utara, menjadi perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat, melewati Kabupaten Purwakarta, dan terakhir Kabupaten Karawang (batas dengan Kabupaten Bekasi). Sungai ini bermuara di Ujung Karawang.
Berikut ini adalah sebagian dari anak sungai yang mengalir ke Ci Tarum:
Ci Beet Ci Haur
Ci Mahi Ci Kao
Ci Beureum Ci Somang
Ci Widey Ci Kundul
Ci Sangkuy Ci Balagung
Ci Kapundung Ci Sokan
Ci Durian Ci Meta
Ci Pamokolan Ci Minyak
Ci Tarik Ci Lanang
Ci Keruh Ci Jere
Ci Rasea
Bersambung..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar