Rabu, 01 Januari 2014

CARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Media dibuat dengan rancangan yang sistematis melalui berbagai langkah pengembangan dan melibatkan berbagai tenaga terampil dan ahli, serta menggunakan berbagai jenis peralatan. Dengan cara demikian diharapkan media yang dihasilkan dapat merupakan media yang efektif. Namun demikian betapapun banyak kelebihan suatu media, bila cara menggunakannya tidak benar tentulah tidak akan banyak manfaatnya. Karena itu yang perlu dirancang dengan baik bukan hanya pembuatan media itu sendiri melainkan pemanfaatan serta cara penggunaan media itu pun juga perlu diatur dan dirancang sebaik¬-baiknya. Lebih-lebih bila media itu merupakan media pembelajaran. Supaya media pembelajaran itu efektif maka pemanfaatan dan penggunaan media itu harus direncanakan dan dirancang secara sistematik. Berikut ini diuraikan cara-cara penggunaan dari beberapa media dan peralatannya yang paling umum dipakai dan tersedia di lembaga-lembaga diklat dalam menunjang proses pembelajaran.

1) Buku bahan ajar atau handouts.

Bila handouts yang dipakai mengikuti kegiatan proses pembelajaran, sebaiknya dibagikan pada awal kegiatan. Dan peserta diklat diinstruksikan untuk melihat atau mencari halaman-halaman di buku yang memuat materi yang dikehendaki bersama-sama. Bisa berupa tabel, kolom-kolom, diagram, gambar, foto, sketsa, bagan, grafik, kartun, disain huruf dan sebagainya. Akan menarik bila masing-masing peserta diberi kesempatan untuk mendiskusikan suatu masalah atau membahasnya bersama-sama. Namun kalau hanya sebagai referensi saja sebaiknya dibagikan pada akhir kegiatan pembelajaran, bila tidak peserta diklat cenderung akan membaca kearah handoutsnya saja.


2) Papan Tulis atau Blackboard.

Penggunaannya selalu dilakukan pada saat itu juga, baik menuliskan sesuatu atau membuat sketsa maupun gambar-gambar sederhana. Sebaiknya disaat menulis di papan, hindari sambil berbicara.
Untuk memancing curah pendapat dan agar semua peserta melihat pendapat peserta yang lain, setiap pendapat langsung dituliskan di papan tulis. Efeknya ada perasaan dihargai setiap apa yang diungkapkan peserta. Apalagi kalau pendapatnya benar, membuat si perserta lebih berbangga hati.
Seandainya pengajar mempunyai kemampuan menggambar atau tulisannya bagus, kesempatan ini baik dimanfaatkan semaksimal mungkin, sebab perhatian peserta umumnya akan tercurah kearah proses penggambaran dan akan menimbulkan respek/penghargaan kepada pengajar.
Yang harus diwaspadai adalah agar tidak terlalu sering melewatkan tatap pandang ke arah peserta, saat menulis, bagi yang tidak berbakat menulis bagus merupakan kendala, dan biar apapun gambar dan tulisan tidak sebagus yang diharapkan tampilannya, karena alat tulisnya dari kapur,serta perlu waktu lama untuk membuatnya. Juga saat menghapus tampilan tulisan dan gambar akan menimbulkan debu yang cukup mengganggu.


3)White board.

Prinsipnya penggunaan white board ini hampir sama dengan papan tulis biasa, hanya berbeda ditampilan papan dan alat tulisnya, serta efek tampilan gambar dan tulisan yang lebih kelihatan rapih dan untuk pemakaian alat tulis yang berwarna-warni. Bisa juga dimanfaatkan untuk menempelkan gambar-gambar yang direkati magnit. Hati-hati dengan pemeliharaan alat tulisnya, karena mengandung cairan alkohol atau thiner, karena mudah menguap kalau lupa memasang tutupnya, sehingga menjadi kering tidak bisa dipakai lagi, harganya jadi mahal. Kemungkinan lain alat tulisnya karena bentuknya hampir sama dengan yang tintanya permanent bisa tertukar, sehingga sulit dihapus. Kalau hanya beberapa coretan masih bisa diakali dengan menggoreskan pada coretan itu memakai spidol yang non permanen selagi basah buru-buru dihapus dengan penghapus. Namun kalau banyak sebaiknya memakai cairan alkohol atau thinner.

Alat tulis white board biasa disebut board marker, namun umumnya menyebutnya dengan spidol biarpun kurang tepat. Sebab spidol adalah sebuah merk untuk board marker yang lebih dahulu populer di Indonesia. Sama seperti menyebut semua air mineral dalam kemasan botol dengan "aqua" padahal merknya lain. Atau "in focus" untuk semua LCD (Liquid Crystal Display) proyektor. Juga menyebut "kodak" untuk semua kamera foto. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain. Namun justru masyarakat lebih menerima yang terlanjur salah.


4) Peta singkap / Flipchart.

Sebaiknya lembar pertama dan kedua dibiarkan kosong atau tidak ditulisi, digunakan sebagai penutup pelin¬dung lembaran materi pelajaran yang akan ditampilkan agar tidak terbaca terlebih dahulu oleh peserta diklat.

Usahakan cara menyingkap lembaran kertas flipchart dengan melipat dari sudut bawah berupa segitiga tegak lurus; baru disingkap keatas cukup dengan tangan satu agar kelihatan profesional rapih dan tidak berantakan.
Setiap sudut lembaran flipchart yang sudah ada materi pelajarannya diberi code berupa tanda tulisan kecil saja, untuk catatan bagi pengajar agar waktu menyingkap lembarannya sesuai yang dikehendaki tidak keliru dan berulang-ulang.
Apabila kemampuan menulis atau pun menggam¬bar terbatas, sebaiknya tidak usah memaksakan diri untuk membuat tampilan bahan ajar sendiri, minta bantuan orang yang lebih ahli. Atau meman¬faatkan peralatan OHP untuk rnenayangkan tulisan maupun gambar ke kertas flipchart dan membuat jiplakannya. Jiplakan bisa langsung ditulis dengan spidol atau hanya dengan pensil saja, dengan maksud nantinya akan ditebalkan disaat presen¬tasi di depan kelas, sehingga seolah-olah mampu menggambar dengan cekatan dan akurat.
Untuk metode curah pendapat, sangat disarankan semua pendapat peserta diklat langsung dituliskan pada kertas flipchart. Ini memberikan perhatian kepada buah pikiran peserta diklat. Lagi pula coretari-coretan ini bisa disimpan. Untuk menampilkan juga bisa bervariasi, mau berurutan atau acak, atau diulang-ulang bila diperlukan. Lebih mengena lagi bila dalam kegiatan diskusi kelompok memanfaatkan lembaran-lembaran kertas flipchart ini, masalahnya bisa disimpan dan ditempel di dinding atau dimana saja.
Yang perlu diwaspadai keterbatasan ukuran kertas flipchart yang tidak begitu lebar, sehingga untuk ditampilkan di depan audience yang besar jumlahnya kurang tepat. Terlalu kecil.
Flipchart sangat tepat digunakan sebagai media cadangan yang mudah dibawa kemana-mana dengan cara hanya digulung saja, ringan dan tidak begitu makan tempat, dan bisa dipersiapkan di tempat lain dan mungkin juga oleh orang lain yang lebih ahli. Bermanfaat sekali apabila aliran listrik padam, sementara media yang lain berupa peralatan elektronik tidak bisa berfungsi. Juga bila harus mengajar di daerah terpencil yang belum ada aliran listrik atau di tempat terbuka.


5)Film bingkai (slide film) proyektornya,

Bahan materi pelajaran bisa dibuat berupa foto, baik hitam putih maupun warna sehingga lebih meyakinkan bagi para peserta diklat. Karena keterbatasan cahaya yang diproyeksikan sehingga memerlukan pemadaman lampu ruangan serta membuatnya gelap total. Usahakan untuk tidak terlalu lama mempresentasikan bahan ajar slide ini, untuk menghindari peserta malah jatuh tertidur. Kendala yang utama adalah peserta tidak bisa membuat catatan karena gelap, juga tatap pandang dengan para peserta terganggu.
Sebaiknya datang lebih awal sebelum memulai presentasi untuk persiapan pemasangan film bingkainya (slide), dan mencoba tayangannya di layar apakah sudah tepat.
Namun pada kenyataannya, media ini dan peralatannya sudah jarang yang menyediakan dan memanfaatkannya karena sudah digantikan dengan peralatan berteknologi baru yang lebih praktis namun lebih besar kemampuannya.


6) Media Film bergerak dan proyektornya.

Bila media filmnya sudah ada tinggal memasang¬nya sesuai dengan petunjuk praktisnya. Namun untuk memproduksi film bergerak ini cukup memakan waktu dan tenaga yang banyak serta biaya yang besar.
Kemarnpuan untuk mengungkapkan gambar yang indah, nyata, bergerak dan bersuara harus kita manfaatkan semaksimal mungkin. Namun harus diwaspadai karena situasi ruangan dibikin gelap total, sehingga tatap pandang ke peserta terganggu, sementara kemungkinan peserta jatuh tertidur. Karena merekapun tidak bisa membuat catatan.
Media film dengan proyektornya inipun sudah termasuk barang langka, selain kesulitan penampilannya, di mana tidak sembarang ruangan bisa dimanfaatkan, spare partsnya sulit diperoleh, juga kurang praktis dan fleksibel pemakaiannya, apalagi sudah ada peralatan lain yang prinsipnya sama namun lebih menjanjikan, seperti video cassette; laser disc video atau CD video.


7) Transparerssi dan Overhead Proyektor.

Penggunaan media transparensi dengan proyektornya adalah sangat mudah, praktis dan sederhana. Sebelum memulai pelajaran usahakan mengecek dulu    OHP    (Overhead projector) -nya, cari di mana letak tombol on/off nya terlebih dahulu, coba nyalakan, bila tidak menyala periksa kabelnya sudah menyambung dengan stop kontak, apabila tidak menyala juga periksa ujung kabelnya apakah ada yang putus, bila masih tidak bisa juga hubungi panitia diklatnya. Bila sudah menyala taruh selembar OHT (overhead transparency) yang bukan berisi bahan ajar, termasuk bingkainya, pada permukaan kaca, posisikan gambar yang tertayang di layar dengan enak, serta stel ketajaman gambar dengan memutar tombol focus. Setelah itu anda siap mempergunakannya.
Setiap mengganti OHT usahakan OHP dalam keadaan padam agar tidak mengganggu pandangan peserta saat mengganti, posisi berdiri waktu memasang OHT sejajar dengan OHP, baik di sebelah kanan atau sebelah kiri, ini pentirig untuk menghindari OHT yang dipasang tidak terbalik, usahakan tidak menghalangi pandangan peserta diklat secara keseluruhan. Bila toh demikian juga, usahakan posisi berdiri diubah agar juga tidak menimbulkan kejenuhan pandangan peserta.
Hindari menunjuk tampilan ke arah layar, atau memakai penunjuk, cukup meletakkan sesuatu yang runcing, berupa lidi atau pensil, atau ballpoint di atas lembaran OHT. Juga hindari menunjuk memakai jari tangan atau benda yang diputar ¬putar di atas OHT, hal ini mengurangi kenikmatan     pandangan peserta.
OHT yang digunakan bisa dipersiapkan sebelumnya ditempat lain bisa oleh orang lain yang mampu agar tampil bagus dan menarik atau ditulis saat itu juga sendiri di permukaan OHT.
Tetap menjaga kontak pandang dengan peserta dengan tidak membelakangi peserta di saat membaca kearah tayangan di layar, sebaiknya membaca ke arah OHT.
Sebaiknya penayangan OHT dibuat lebih variatif agar peserta tidak jenuh, hindari menjadi pembantunya alat bantu, supaya tampilan lebih rilek.
OHT yang digunakan dapat difotocopy untuk bahan handouts bagi para peserta diklat.
Sebaiknya OHT yang sudah dipakai disimpan dengan cermat, dengan diberi lapisan plastik atau kertas pelindung agar motifnya tidak tergesek-gesek sehingga mengelupas dan rusak. Untuk lebih amannya serta mudah mencarinya sebaiknya dimasukkan kedalam album clear holder, tentu saja tanpa bingkainya.
Agar para peserta diklat pandangannya lebih terarah pada tampilan OHT yang ditayangkan, pakailah bingkai (frame) khusus OHT dan beri penutup agar tidak ada cahaya lampu yang tidak berguna bocor ikut ditayangkan. Di samping itu    bingkai berguna untuk menekan OHT agar tetap    rata meskipun kena panasnya lampu yang kemungkinan melengkung, juga agar tetap rapih pada tempatnya. Pakailah penutup OHT yang ditempeli pemberat agar tidak jatuh saat di posisi tepi OHP, atau diterbangkan angin dari kipas angin atau blower AC ruangan. Manfaatkan bingkai maupun penutup OHT sebagai catatan rahasia buat kita sendiri, mungkin berupa istilah asing, singkatan, kata asing, nomor-nomor surat kepu¬tusan atau undang-undang, urutan pokok-pokok bahasan atau apa saja, sebagai contekan yang tidak akan diketahui oleh peserta dari pada kita harus mencarinya dengan membuka buku catatan yang belum tentu segera ketemu, sementara peserta melihat bahwa kita tidak siap.


8) Video cassette, Laser Video dan Compact Disc (CD) Video dengan peralatan penayang Pesawat Televisi atats LCD (Liquid Crystal Display) proyektor.

Sebetulnya media gambar bergerak berupa Video Cassette, Laser video serta Compact Disc (CD) Video pada awalnya adalah berasal dari gambar film bergerak juga, yang di transfer menjadi media video. Namun setelah itu memang untuk pembuatan gambar video tidak memakai kamera film lagi namun langsung dengan kamera video, yang lebih menjanjikan segalanya. Misalnya pada proses pengambilan gambar (shooting) dengan kamera sudah bisa disaksikan langsung hasil gambarnya, dengan cahaya yang seadanyapun mampu merekam gambar, sementara pita videonyapun bisa dipakai berulang kali.
Maka dari sini penggunaan media video dengan perangkatnya tidak berbeda jauh dengan gambar film dengan proyektornya, di saat pemutaran ulang. Bedanya ruangan tidak perlu digelapkan, semua lampu ruangan bisa dibiarkan tetap menyala. Baik untuk memutar ulang gambar video itu melalui pesawat Televisi ataupun diproyeksikan ke layar dengan memakai LCD proyektor. Sehingga tatap pandang dengan seluruh peserta diklat tidak terganggu.


9) Media Komputer Multi Media dengan LCD Proyektor.

Sebaiknya sewaktu mempergunakan media multi media dengan LCD proyektor, diusahakan untuk datang lebih awal dari para peserta diklat, sehingga sewaktu melakukan kegiatan mema¬sang peralatan dan menyambung kabel-kabel yang tidak sedikit jumlahnya itu termasuk setting sound systemnya tidak disaksikan oleh peserta diklat. Sehingga begitu proses pembelajaran dimulai semuanya sudah siap dan langsung mulai tanpa pengetesan lagi.
Percaya pada panitia/petugas diklat boleh saja tetapi curiga jalan terus, maksudnya seorang Pelatih yang akan mengajar sebaiknya juga selalu siap dengan segala situasi dan kondisi di kelas. Misalnya dianjurkan untuk paling tidak membawa Testpen elektronik, untuk mengecek aliran sumber daya listrik, juga bila mungkin kabel rol listrik minimal 5 meter, sambungan "T" dua buah. Atau multi stop kontak yang berisi 6 lobang. Karena sering terjadi gara-gara memerlukan beberapa stop kontak yang banyak, petugas tidak siap. Sehingga menunggu dicarikan dulu, apalagi kalau petugas diklatnya juga datangnya terlambat, sementara peserta diklat sudah mulai hadir. Untuk presentasi dengan media komputer dengan LCD proyektornya, sebaiknya memanfaatkan komputer Note book atau Laptop sebab penyaji bisa tetap tatap pandang dengan peserta diklat, meskipun sambil melihat ke layar monitor komputernya. Kalau toh harus memakai Desktop komputer ya bisa saja asal ada. layar, monitornya yang bisa tampil simultan dengan yang ditayangkan di layar, melalui LCD proyektor.
Selalu ingat untuk merubah tampiian layar tidak dalam posisi. trapesium (Keystone), atau tayangannya sudutnya tidak siku menjadi siku. Sehingga tampilan gambar sesuai dengan skalanya, tidak memanjang atau melebar.
Sebaiknya memakai laser pointer untuk menunjuk ke layar agar lebih jelas, namun tidak semata-mata membelakangi peserta diklat.
Usahakan memposisikan power LCD proyektor ke posisi "Stand by" bila tidak dipakai, jadi tidak langsung menekan tombol "Off-nya.
Efek suara bila kurang perlu sebaiknya dipelankan atau dimatikan bila mengganggu konsentrasi peserta diklat. Jangan lupa mengambil kembali diskette atau CD video pelajaran yang dipakai di komputer bila peralatan itu bukan bawaan sendiri sebab seringkali tertinggal.
Bila memakai tampilan huruf yang khas yang di komputer yang dipergunakan tidak ada, sebaikrnya diinstal dulu untuk menghindari tampilannya diubah oleh komputer sehingga berbeda sama sekali dan terkesan berantakan.
Cara lain ialah sebelumnya merubah tampilar huruf (text) itu menjadi file gambar (curve), atau bitmap. Atau yang paling aman ialah menggu¬nakan font atau huruf yang sudah standard dsemua komputer berbasis Microsoft Windows, seperti Arial atau Times New Romans.
Kemungkinan ada kesalahan ejaan atau ada saran perbaikan dari peserta mengenai tampil-annya sebaiknya proses perbaikannya dilakukan di depan para peserta saat itu juga, disamping menghindari faktor lupa juga peserta yang meng¬usulkan akan mendapatkan kepuasan tersendiri.


10) Media Audio dan Radio.

Media audio dan radio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio, antara lain, radio, alat perekam pita magnetik, kaset audio, cd audio dan laboratorium bahasa. Untuk pelajaran pengenalan bunyi-bunyian misalnya sound effect, atau macam-macam irama musik, dan mengenal suara sendiri di saat mengajar di depan kelas, bisa dimanfaatkan peralatan audio ini. Yaitu dengan merekamnya dan memutar ulang. Kita pakai audio kaset player atau pita reel audio. Sedangkan untuk pelajaran bahasa asing bisa memanfaatkan kaset ataupun cd audio. Untuk PH (piringan hitam) mungkm hanya mampu memutar ulang lagu atau musik juga bunyi-bunyian.
Sedangkan radio bisa dimanfaatkan siaran-sia¬rannya untuk belajar tanpa harus di depan keias, serta sambil tetap mengerjakan pekerjaan yang lain.

11) Benda nyata atau tiruan miniatur.

Manfaatkan benda nyata atau tiruannya bisa berupa minatur untuk peragaan ataupun kegiatan praktik. Bila memakai benda miniatur usahakan hadirkan pembandingnya.

Demikian cara penggunaan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas. Semoga bermanfaat.


Sumber referensi :

Radio Nederland Training Centre, Handouts OVERHEAD PROJECTOR AS TEACHING AIDS. Hilversum, The Netherland, 1987.

Amir Hamzah Suleiman, MEDIA AUDIO-VISUAL UNTUK PENGAJARAN, PENERANGAN DAN PENYULUHAN. PT. Gramedia Jakarta 1981.

Sayling Wen, FUTURE OF THE MEDIA, Lucky Publishers, P.O.Box 238, Batam Centre, 29432: Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA, MEDIA PEMBELAJARAN PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2002.

Lisa Lopuck, DESIGNING MULTIMEDIA, Peachpit Press 2414 Sixth Street Berkeley, CA 94710, USA, 1996

Dr. Arif S. Sadiman, M.Sc. (dkk), MEDIA PENDIDIKAN : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar