Pengajaran adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menanamkan suatu pelajaran kepada siswa dengan melibatkan unsur-unsur dan komponen yang berhubungan dengan suatu proses pembelajaran. Pengajaran merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran, yang terjadi baik di sekolah maupun pada suatu lingkungan tertentu secara sengaja diarahkan pada kegiatan belajar mengajar.
Dimyati dan Mudjiono (1999 : 1-9) menguraikan tentang pembelajaran yaitu :
Pembelajaran adalah suatu proses baik awal maupun akhir dengan tindak kegiatan belajar-mengajar. Pembelajaran mempunyai program yang disusun sedemikian rupa. Pembelajaran juga mempunyai tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang sistematis yang dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan guru dan siswa di sekolah.
Dimyati dan Mudjiono (1999 : 1-9) menguraikan tentang pembelajaran yaitu :
Pembelajaran adalah suatu proses baik awal maupun akhir dengan tindak kegiatan belajar-mengajar. Pembelajaran mempunyai program yang disusun sedemikian rupa. Pembelajaran juga mempunyai tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang sistematis yang dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan guru dan siswa di sekolah.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan dan aktivitas belajar dan mengajar yang dilaksanakan oleh siswa dan guru. Untuk mendapatkan hasil pengajaran yang efisien, maka proses pembelajaran harus dilakukan dengan sengaja, sadar dan terorganisir dengan baik, serta dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang sistematis.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 9-10), langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan adalah sebagai berikut :
Kesatu, mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi. Kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat. Ketiga, memilih dan menentukan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya. Keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. ketidak berhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya.
Dalam proses pembelajaran yang berlangsung, mau tidak mau terdapat kegiatan mengajar yang dilakukan oleh seorang guru. Kegiatan mengajar ini adalah suatu syarat mutlak yang harus dilakukan agar tercapainya tujuan kegiatan pembelajaran secara lengkap.
Pengertian mengajar menurut Abdul Kadir Munsyi (1981 : 13) adalah memberikan ajaran-ajaran berupa ilmu pengetahuan kepada seseorang atau beberapa orang agar mereka dapat memiliki dan memahami ajaran-ajaran tersebut.
Sedangkan pengertian mengajar menurut Oemar Hamalik (1992) adalah membimbing kegiatan belajar anak. Menurut Wiliam H. Borton dalam Ahmad Thontowi (1993) mengajar adalah upaya dalam memberi stimulus bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Jerome S. Brunner dalam Moh. Uzer Usman (2001) memberikan pengertian mengajar adalah menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa. Moh Uzer Usman juga menambahkan bahwa mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan proses belajar pada diri siswa.
Pengajaran karya sastra puisi sebagai salah satu proses dan teknik pengajaran puisi yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah, bertujuan membina apresiasi puisi dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam puisi tersebut. Sehingga pembelajaran bahasa Indonesia mendapat dukungan yang efektif dari pengajaran sastra yang menggunakan bahasa sebagai medianya.
Dalam kelas pembelajaran terpadu bahasa Indonesia anak belajar bahasa Indonesia melalui penggunaan bahasa Indonesia, belajar berbagai bentuk keterampilan berbahasa: menyimak, wicara, membaca, dan menulis melalui kegiatan menyimak, wicara, membaca, dan menulis. Demikian juga halnya dengan kegiatan pembelajaran sastra dilakukan langkah-langkah tertentu agar siswa dapat memahami dan menguasai pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan proses belajar sastra khususnya puisi ini. Dalam hal ini terdapat kegiatan seperti membaca puisi, menulis puisi, kajian puisi dan sebagainya.
Kata apresiasi (appreciation) mengacu pada pengertian dan pengenalan yang tepat; pertimbangan, penilaian, pernyataan yang memberikan penilaian (Horaby dalam Sayuti, 1985: 203). Pengertian apresiasi tersebut dapat diterapkan dalam sastra. Apresiasi sastra berarti suatu pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, kegairahan terhadap karya sastra tersebut, serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat dari berbagai kegiatan itu.
Pengertian apresiasi puisi sejalan dengan pengertian di atas. Apresiasi puisi tidak terlepas dari adanya kegiatan untuk mengenal, memahami, menghargai unsur-unsur yang ada di dalam puisi seperti bagaimana persajakannya, iramanya, citraannya, gaya bahasanya, dan apa saja yang dikemukakan lewat karya sastra tersebut. Seluruh unsur-unsur pembangunan puisi baik unsur formal (pola rima, ritma, baris, bait) maupun unsur kualitas (tema, ide, amanat, pengalaman penyair) menjadi objek kajian apresiasi.
Jenis-jenis kegiatan apresiasi yaitu mulai dari kegiatan mendekati, memahami, menghayati, menafsirkan, menilai, menghargai, sampai pada kegiatan menikmati puisi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Rizanur Gani (1980 : 6) mengemukakan bahwa pada dasarnya, terdapat tiga komponen dalam mendekati masalah itu, yaitu landas tumpu (Setting), tema, dan bahasa yang digunakan.
Ranah kognitif berkaitan erat dengan kemampuan intelektual apresiator dalam mendekati, menghargai, memahami, menafsirkan, serta menilai sebuah puisi. Ranah afektif berkaitan dengan emosi atau perasaan apresiator dalam usahanya untuk menghayati, menikmati unsur keindahan sebuah karya puisi dan muatan makna yang terkandung di dalam sebuah puisi. Ranah psikomotorik berkaitan erat dengan gerakan-gerakan ragawi yang dapat dilihat dengan jelas pada saat sebuah puisi dibaca oleh pembacanya yang disertai dengan gerakan sebagai ekspresi bahasanya.
Berdasarkan pengertian apresiasi sastra di atas dapat disimpulkan bahwa apresiasi puisi merupakan suatu proses kegiatan mengenal, memahami, menafsirkan, menghayati suatu karya dengan mempergunakan tanggapan emosional dan intelektual yang melibatkan peran ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh kenikmatan, kepahaman, serta penghargaan terhadap suatu karya sastra sehingga perkembangan jiwa serasi.
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang padat dan penuh arti. Hal ini menuntut pengajaran puisi secara lebih mendalam dan guru bahasa harus dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa agar pembelajaran puisi tersebut tidak membosankan. Rahmanto (1988: 47 ) menyatakan, bahwa hal terpenting dalam pengajaran puisi di kelas adalah menjaga agar suasana tetap santai. Jangan sampai seorang guru atau siswa merasakan awal pelajaran sebagai sesuatu yang menegangkan atau terlalu kaku. Lebih lanjut ia menjelaskan teknik-teknik pengajaran puisi sebagai berikut:
1.Pelacakan pendahuluan
Sebelum menyajikan puisi di depan kelas, guru perlu mempelajarinya terlebih dahulu untuk memperoleh pemahaman awal tentang puisi yang akan disajikan sebagai bahan. Pemahaman ini sangat penting terutamam untuk dapat menentukan strategi yang tepat, menentukan aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian khusus dari siswa dan meneliti fakta-fakta yang masih perlu dijelaskan.
2.Penentuan sikap praktis
Puisi yang disajikan di depan kelas hendaknya diusahakan tidak terlalu panjang agar dapat dibahas sampai selesai dalam setiap pertemuan. Hendaklah pula ditentukan informasi apa yang seharusnya dapat diberikan oleh guru sastra untuk mempermudah siswa memahami puisi yang disajikan.
3.Introduksi
Banyak faktor yang mempengaruhi penyajian ini, termasuk situasi dan kondisi pada saat materi disajikan. Pengantar ini tergantung pada guru, keadaan siswa, dan juga karakteristik puisi yang akan diberikan.
4.Penyajian
Guru sebaiknya membaca puisi yang disajikan agar siswa merasa lebih mudah mengenal puisi yang digunakan sebagai bahan pelajaran tersebut.
5.Diskusi
Urutan masalah yang dibahas dalam diskusi kelas banyak dipengaruhi oleh imajinasi guru, kekhususan puisi yang dipilih, dan tanggapan siswa di kelas, serta guru harus membimbing para siswa dalam berdiskusi.
6.Pengukuhan
Jika puisi mendapat tanggapan yang antusias oleh siswa, guru hendaknya berusaha agar puisi itu semakin mengesankan sehingga menambah cadangan pengalaman siswa yang tidak mudah terlupakan.
Dari uraian-uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa problematika pengajaran sastra puisi ini adalah permasalahan-permasalahan sustansial dalam kegiatan pengajaran sastra khususnya puisi yang dilakukan di sekolah. Problematika menyangkut banyak faktor yang secara keseluruhan saling berkaitan sehingga menjadi masalah yang harus dipecahkan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang dilakukan tersebut.
Dalam kerangka problematika pengajaran sastra puisi ini, dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam penyajikan puisi itu agar dapat dipelajari siswa dengan cara yang lebih menarik. Pengajaran puisi memberikan kerangka moral sejalan dengan nilai-nilai yang akan diajarkan dalam sebuah karya puisi tersebut. Pengajaran secara umum sendiri mempunyai tujuan dalam hal menstransformasi materi yang diajarkan. Karena itu terhadap siswa materi puisi yang akan diajarkan harus mampu disampaikan guru dengan teknik mengajarnya yang sangat sistematis dan terencana.
Sumber: Dari berbagai sumber!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar